Rabu, 16 Januari 2013

MENCIPTAKAN KNERJA QORI'


01. Kasih Sayang
                Seorang Qori’ sudah seharusnya  menyayangi dan mengasihi anak didiknya, sebagai tenaga pembantu dalam urusan pengajian sebisa mungkin kita bisa  menempatkan diri, mengasihi bukan berarti memanjakan atau membiarkan tanpa ada perhatian akan tetapi menanamkan pengetahuan, kebribadian, kedisiplinan pada anak didiknya serta mencegah perilaku dari norma- norma santri diibaratkan kasih sayang  orang tua kepada anaknya, pastinya oraang tua tidak ingin anaknya manja atau bodoh bahkan terkesan liar tidak ada perilaku yang mengarau kebaikan .
Seperti Sabda Nabi S.A.W,
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Artinya : Aku ( Nabi ) kepada kamu sekalian , Cuma menyamakan orang tua kepada anaknya. 
02. Ikhlas
                Cita- Cita guru adalah mencerdaskan anak didiknya , baik secara spiritual atau emosional yang dilandasi dengan syari’at  maka untuk mewujudkan dengan keikhlasan, sang muasispun sudah membuatkan system pegajaran yang sedemikian hebatnya di pesantren kita, sudah ma’lum seorang qori’ dilarang menerima upah atau pemberian dari santri, dan semua itu bukanya para qori tidaak dihargai atau diperhatikan itu semua untuk pembelajaran nilai- nilai keikhlasan dalam benak kita. dimasa mendatang yang perlu ditanamkan dalam diri kita didalam berkhidmah tidak lain hanya megharapkan ridlo masyayih dan ridlo illahi, lebih- lebih sebagai pembelajaran taqarub pada illahi.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
03. Perhatian
Dengan perhatian kepada anak didiknya, kita bisa  mengetahui kemampuan anak didiknya sehingga kita bisa mengategorikan, mengarahkan, bahkan menasehati dengan melihat level mereka, selebihnya kita tertuntun lebih aktif atau mencari tahu keseharianya. Seorang guru ( Qori ) harus masuk kedunia anak lalu membantunya untuk memaksimalkan potensi yang yang dimilikinya, Slogan “ Masuklah kedalam duniaku dan bawalah aku terbang bersama duniamu “ adaalah prinsip yang tepat dalam memasuki dunia anak, ketika orang telah masuk dunianya lalu membangkitkannya, maka yang akan muncul adalah masa pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan persahabatan dan kerelaan .
04. Menasehati dengan cara harus ( Ta’rid )
                Ta’rid adalah perintah dengan halus, dan bertata karma
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 
Ketika kita melarang sesuatu karena kurang sopan dalam berperilaku maka degan cara menyindir selagi  memungkinkan, jangan langsung menegur dengan cara mencela, karena mencela atau mengolok - olok bisa merusak kebribadian ( tingkah laku ) dan bisa menyebabkan berani melanggar peraturan yang ada didalam pondok. Lebih – lebih bisa menjadikasn minder atau membenci qori’ dan pelajaran yang sedang dipelajari
Seperti sabda nabi :
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
“ ketika seseorang  ( manusia ), dilarang dari memotong kotran ( faki ) yang kadang mereka malah melakukanya dan berkata kami dilarang melakulkan sesuatu kecuali didalamnya pasti ada sesuatu yang lain “
05. Toleransi
                Dalam satu ruang atau satu tingkatan yang tidak mampu oleh satu qori’ semua qori harus bisa kerja sama secara penuh ( kompak ), berusaha harus aktif secara istiqomah guna menunjukan sikap toleransi untuk menghargai orang lain, yang berbeda dan sekaligus menerima program dari DEWAN QORI’IN, maka hubungan antar sesama     qiri’ yang berjalan harmonis dan bertanggung jawab sangat membantu tercapainya kesuksesan sebuah visi yaitu mencerdaskan santri.
06. Lugas
                Dalam menyampaikan pokok pelajaran sebaiknya dengan cara lugas, menstandarkan kemampuan atau daya kepemahaman mereka, jangan menerangkan secara singkat atau sering berulang – ulang bahkan menyampaikan materi secara berlebihan sehingga menyebabkan mereka tidak paham atau malah bingung, maka dari itu dipondok diadakan musyawaroh   antar qori’ yang bertujuan untuk menghindari masalah tersebut.
07. Menjadi Suri Tauladan
                Qori adalah BAK seorang Santri, dimana dalam kegiatan sehari – semalam selalu diamati oleh santrin , baik secara perkataan, berpakian, maupun kebribadian. Dan ini jelas akan dijadikan pijakan merka melangkah, dalam kehhidupan dippondok, qori’ harus memiliki tanggung jawab moral dikarenakan menjadi figur  sekaligus model yang mewarnai pembentukan karakter dan kebribadian santri, qori’pun harus bisa menempatkan dan mengontrol dirinya sebagai teman qori’, atau pun pengurus. Maka apapun yang kita kerjakan haruas mampu mempertanggung jawabkanya, seseorang qori’ itu diibaratkan membatik dikain putih, bagaimana kita bisa membuat batik yang bagus kalau kita belum bisa membatik
Seperti firman  ALLAH  S.W.T  :
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Dan sabda nabi :
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
                                                                                                                                                                DEWAN QORI’IN 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar