01. Kasih
Sayang
Seorang Qori’ sudah
seharusnya menyayangi dan mengasihi anak
didiknya, sebagai tenaga pembantu dalam urusan pengajian sebisa mungkin kita bisa
menempatkan diri, mengasihi bukan
berarti memanjakan atau membiarkan tanpa ada perhatian akan tetapi menanamkan
pengetahuan, kebribadian, kedisiplinan pada anak didiknya serta mencegah
perilaku dari norma- norma santri diibaratkan kasih sayang orang tua kepada anaknya, pastinya oraang tua
tidak ingin anaknya manja atau bodoh bahkan terkesan liar tidak ada perilaku
yang mengarau kebaikan .
Seperti Sabda
Nabi S.A.W,
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Artinya : Aku (
Nabi ) kepada kamu sekalian , Cuma menyamakan orang tua kepada anaknya.
02. Ikhlas
Cita- Cita guru adalah
mencerdaskan anak didiknya , baik secara spiritual atau emosional yang
dilandasi dengan syari’at maka untuk
mewujudkan dengan keikhlasan, sang muasispun sudah membuatkan system pegajaran
yang sedemikian hebatnya di pesantren kita, sudah ma’lum seorang qori’ dilarang
menerima upah atau pemberian dari santri, dan semua itu bukanya para qori
tidaak dihargai atau diperhatikan itu semua untuk pembelajaran nilai- nilai
keikhlasan dalam benak kita. dimasa mendatang yang perlu ditanamkan dalam diri
kita didalam berkhidmah tidak lain hanya megharapkan ridlo masyayih dan ridlo
illahi, lebih- lebih sebagai pembelajaran taqarub pada illahi.
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
03. Perhatian
Dengan perhatian
kepada anak didiknya, kita bisa
mengetahui kemampuan anak didiknya sehingga kita bisa mengategorikan,
mengarahkan, bahkan menasehati dengan melihat level mereka, selebihnya kita
tertuntun lebih aktif atau mencari tahu keseharianya. Seorang guru ( Qori )
harus masuk kedunia anak lalu membantunya untuk memaksimalkan potensi yang yang
dimilikinya, Slogan “ Masuklah kedalam duniaku dan bawalah aku terbang bersama duniamu
“ adaalah prinsip yang tepat dalam memasuki dunia anak, ketika orang telah
masuk dunianya lalu membangkitkannya, maka yang akan muncul adalah masa
pendidikan dan pembelajaran yang dikembangkan persahabatan dan kerelaan .
04. Menasehati dengan cara harus ( Ta’rid )
Ta’rid adalah perintah dengan
halus, dan bertata karma
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Ketika kita
melarang sesuatu karena kurang sopan dalam berperilaku maka degan cara menyindir
selagi memungkinkan, jangan langsung
menegur dengan cara mencela, karena mencela atau mengolok - olok bisa merusak
kebribadian ( tingkah laku ) dan bisa menyebabkan berani melanggar peraturan
yang ada didalam pondok. Lebih – lebih bisa menjadikasn minder atau membenci
qori’ dan pelajaran yang sedang dipelajari
Seperti sabda
nabi :
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
“ ketika
seseorang ( manusia ), dilarang dari
memotong kotran ( faki ) yang kadang mereka malah melakukanya dan berkata kami
dilarang melakulkan sesuatu kecuali didalamnya pasti ada sesuatu yang lain “
05. Toleransi
Dalam satu ruang atau satu
tingkatan yang tidak mampu oleh satu qori’ semua qori harus bisa kerja sama
secara penuh ( kompak ), berusaha harus aktif secara istiqomah guna menunjukan
sikap toleransi untuk menghargai orang lain, yang berbeda dan sekaligus
menerima program dari DEWAN QORI’IN, maka hubungan antar sesama qiri’ yang berjalan harmonis dan
bertanggung jawab sangat membantu tercapainya kesuksesan sebuah visi yaitu mencerdaskan
santri.
06. Lugas
Dalam menyampaikan pokok
pelajaran sebaiknya dengan cara lugas, menstandarkan kemampuan atau daya
kepemahaman mereka, jangan menerangkan secara singkat atau sering berulang –
ulang bahkan menyampaikan materi secara berlebihan sehingga menyebabkan mereka
tidak paham atau malah bingung, maka dari itu dipondok diadakan musyawaroh antar
qori’ yang bertujuan untuk menghindari masalah tersebut.
07. Menjadi Suri Tauladan
Qori adalah BAK seorang Santri,
dimana dalam kegiatan sehari – semalam selalu diamati oleh santrin , baik
secara perkataan, berpakian, maupun kebribadian. Dan ini jelas akan dijadikan
pijakan merka melangkah, dalam kehhidupan dippondok, qori’ harus memiliki
tanggung jawab moral dikarenakan menjadi figur
sekaligus model yang mewarnai pembentukan karakter dan kebribadian
santri, qori’pun harus bisa menempatkan dan mengontrol dirinya sebagai teman
qori’, atau pun pengurus. Maka apapun yang kita kerjakan haruas mampu
mempertanggung jawabkanya, seseorang qori’ itu diibaratkan membatik dikain
putih, bagaimana kita bisa membuat batik yang bagus kalau kita belum bisa
membatik
Seperti
firman ALLAH S.W.T
:
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Dan sabda nabi :
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
DEWAN QORI’IN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar